Menu

MUSEUM


web stats

Minggu, 28 Juli 2013

MERIAM SI JAGUR Kisah Sejarah dan Legenda

“Tak ada yang baru di bawah matahari” begitulah celetuk orang yang merasa sudah mendengar atau mengetahui suatu informasi ataupun kisah sejarah. Jadi bila Anda melihat judul ini Anda bia saja dengan cepat mengungkapkan hal yang sama. Namun tunggu dulu!!!!!!!!!!! Apa betul tak ada yang baru di bawah terang matahari bila Si Jagur ini ditilik dari Aspek Histori, Aspek Legenda, Aspek Mitos, bahkan Aspek Fisisk? Bisakah Anda menjawab semuanya? Meriam yang sederhana ini bila dicermati mulai dari aspek Metalurgisnya, keahlian tokoh pembuatnya di dalam bengkel peleburan besi dan kuningan, kekuatan menahan tekanan mesiu pada saat peluru meriam ditembakan, pastilah menghasilkan cerita menarik. Belum lagi ketertarikan dengan kepercayaan masyarakat setempat, rumor yang menghubngkan dengan meriam-meriam lain, tak dapat tiada tentulah memberikan warna tersendiri bagi pembahasan mengenai topik ini. Bahwa Si Jagur di rumorkan mempunyai kekuatan supra natural sebagai dokter ahli yang memberi keturunan bagi si Mandul, semua sudah tahu. Bahwa Si Jagur mempunyai keterkaitan “Genealogis” dengan meriam KI Amuk dan Kanjeng Nyai Setomi, orang juga sudah pada tahu. Namun, meneliti susur-galurnya sehingga rumor dan mitos itu bisa tercipta, mungkin tak banyak yang tahu dan bisa menjadi kisah menarik. Bahkan itu adalah kewajiban kita sebagai anak negri yang ingin melestarikan keberadaan warisan sejarah. Dalam tataran internasional, keyakinan adanya kekuatan supra natural semacam ini pun berkembang luas terutama menyangkut warisan Megelitihcum di pulau Paskah. Sesuatu yang yak terbayangkan hingga sekarang adalah bagaiamana masyarakat primitif ini bisa mengangkat dan memindahkan patung raksasa berbobot ratusan ton dengan tangan kosong? dengan dongkrak?itu tersedia di pulau yang amat terpencil. Sebagai peninggalan yang disebut “Unsolved mysterie of the past” akhirnya dibuat kesimpulan sederhana bahwa momen raksasa mahaberat itu disuruh berjalan sendiri dan tegak di tempat tertentu yang diinginkan. Jurus yang dipakai adalah jurus mantra bahkan ulasan tentang isu ini dari CNN pada jumat 4 Januari 2013 belum sanggup memecah seluruh misteri tersebut. Bailik ke Si Jagur! Percampuran logam memerlukan pengetahuan mengenai Ilmu Metalurgi , jika tidak produk yang dihasilkan akan getas dan mudah hancur. Tanur tinggi kala itu belu tersedia. Teknik pembuatannya semata-mata mengandalkan pengalaman, keahlian keluarga dan mungkin firasat dan mantra? Kedengarannya lucu namun prasangka itu pula yang diterapkan pada produk Megalitihcum Pulau Paskah. Jika pemahaman terhadap suatu warisan sejarah memerlukan wawasan luas agar kita sampai pada penghargaanatau sebuah produk, jika tidak, tentu tak mungkn orang memberikan penghargaan yang luar biasa tinggi kepada sebuah Kitab Psalm kuno yng diceetak pertama kali di Amerika Seikat dan dilelang seharga 30 juta dollar AS kita sendiri lantaran terlalu sibuk mengurus kehidupan sehari-hari lantas lupa bahwa warisan sejarah perlu diberi perhatian khusus, dan tidak niscaya dibiarkan tergeletak di bawah kolong langit. untung orang masih takut pada kekuataan non fisik yang melekat pada Si Jagur, jika tidak tentu telah berubah wujud menjadi golok, tombak atau pisau belati. pada hakikatnya Si Jagur, Ki Amuk atau Nyai Setomi sudah diidentikkan dengan” regalia” semisal “Kanjeng Kyai Jaka Piturun“ atau ” Kanjeng Kyai Kopek”. Di sini nilai historisnya menjadi bermakna. Jadi bukan semata mempelajari fosil tak berguna yang ingin dibuang orang. Samalah halnya dengan upaya orang yang ingin mengetahui berlian “Koh-I-Noor” di mahkota Ratu Inggris. Bagaimana Koh-I-Noor si “gunung cahaya” itu diasah dan beralih dari tangan ke tangan penguasa sudah bisa menjadi satu buku tersendiri. Jadi pada hakikiatnya tak [erlulah meremehkan Si Jagur. Ada juga rumor yang sampai sekarang belum terlaksana, yaitu bila disatukan dengan Nyai Setomi negara subur makmur dan bila dipadu dengan Kyai Amuk maka dunia bisa kiamat. Tentulah mitos ini bisa diteliti lebih lanjut. Dari masa Jaka Tingkir, ketika lawannya Arya Penangsang, dengan “Keris Kyai Setan Kober” di tangan berujar dengan pongahnya, “kalau saya telengkan ke utara, maka Demak, Pati, Juwana menjadi subur makmur, dan kalau saya miringkan ke selatan, Wonosari yang gundul pun bisa ijo royo-royo.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar